"Ya Allah bereskanlah agamaku yang mana agama itu menjadi pokok urusan bagiku. Bereskan urusan duniaku yang menjadi tempat hidupku. Dan bereskanlah pula urusan akhiratku yang mana akhirat itu tempat negri kembaliku. Jadikan hidupku itu hanya untuk menambah kebaikan. Dan jadikan pula kematian bagiku hanya tempat untuk istirahat dari berbuat jahat"

Sabtu, 28 Februari 2015

Berubah atau kah Mengubah ?

Sudah seharusnya bisa mengubah seiring jalan berubah. Mengubah bukan dengan cara paksa melainkan saling mengingatkan. Karena diri juga harus terus berubah menuju yang terbaik. Maka mengubah pun pasti akan berkesinambungan. Tak mudah mengubah yang disekitar tanpa ada perubahn dari diri sendiri. Tak kan terekam dalam nyata jika tanpa teladan pasti. Teladan, menjadi figur yang bisa mengubah dan juga membuat berubah.

Adakah buktinya ? Sangat banyak. Kita lihat dari teladan utama kita umat islam Nabi Muhammad saw.
Nabi adalah panutan bahkan segala tingkah lakunya menjadi contoh utama bagi kita umat islam. Kita baca buku tentang Nabi karena kita ingin tahu dan mengikuti segala akhlak beliau. Yang mana hal tersebut akan membuat kita berubah dan juga mengubah. Ya, tentunya berubah dan mengubah dalam hal kebaikan. Jangan sampe hal sebaliknya yang terjadi. Na'uzubillah...

Tak lepas dalam hal berubah dan mengubah adalah waktu. Ia sang waktu yang akan membersamai selalu. Waktu yang akan menjadi saksi setiap detail perubahan yang terjadi. Dan pada akhirnya waktu jugalah yang mengatakan sampai mana kita telah mengubah dan berubah. Pada akhirnya yang berbicara, ya akhir yang berbicara. Akhir yang membuktikan, akhir yang menyatakan. Akhir yang tak pernah kita ketahui sendiri.

Kamis, 26 Februari 2015

Ia Dalam Inspirasiku #2


Malam semakin larut, tak terasa perjalanan itu amat panjang. Ketika melihat jam, ternyata jarum jam sudah menunjukkan pukul 9 WIB. Lelah dalam perjalanan terobati dalam canda para pengamen di angkot tadi.

"Bang kiri bang" teriak perempuan itu.
"Iya neng, minggir dulu ya" balas sopir angkot
Mobil menepi dan gadis itu membungkuk stengah berdiri keluar dari mobil angkot. 
"Makasih bang" sembari mengulurkan lembaran uang untuk ongkos angkot.
Masih dalam benaknya akan kata-kata pengamen tadi. Ia pandang langit yang cerah malam itu.
"MasyaaAllah, indah sekali ciptaanMu ya Rabb", lirih perempuan itu.

Ia memasuki gang, samping kiri dan kanan sepi. Tak ada yang melintas motor maupun orang yang hanya sekedar jalan. Lurus ia berjalan dengan langkah dipercepat. Kembali lagi ia melihat tangannya, jam menunjukkan waktu jam 10 kurang. Dalam hati sambil berdzikir, "SubhanaAllah wal hamdulillah wala ilahaillaAllah, wa Allahuakbar"
Ia masuk gerbang kecil, dan mengetuk pintu yang rupanya sudah terkunci. 

"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam" suara wanita membalas dari balik pintu itu.
Begitu di buka, ia raih tangan wanita itu dan diciumnya.
"Kok baru pulang, dari mana nak ?" Wanita itu bertanya dengan nada lembut.
"Iya bu, maaf pulang telat" Jawabnya.

Wanita itu adalah ibunya. Dengan langkah amat pelan dan tongkat ditangan berjalan hendak mengambil sesuatu. 
"Ini diminum dulu, mumpung masih hangat" sembari menaruh gelas yang berisi teh hangat di meja.
"Iya bu, makasih" jawabnya.



"Bersih-bersih lalu makan, sudah ibu siapkan di meja makan" suara ibu dengan penuh perhatian.
Perempuan itu minum lalu menuju kamarnya. Ia letakkan tas dan mencuci muka. Lalu ia pergi menuju meja makan.
"Alhamdulillah, ini pasti enak sekali bu sayurnya" penuh antusias tanpa jeda ia langsung melahap makanan yang sudah disiapkan ibunya.

Sang ibu yang sudah renta, dengan tongkat ditangan untuk membantunya berjalan. Ibu duduk di kursi sambil mebolak balikkan kertas. Ibu sangat serius memandang kata-kata yang tertulis di kertas putih itu. Kacamata silindernya mungkin sudah tak banyak membantu penglihatannya. Hingga ia harus memicingkan mata meski sudah memakai kaca mata. 

Dalam ruangan itu tak ada sekat. Ruang makan dan ruang keluarga. Di meja makan hanya ada satu meja dan 3 kursi. Sedangkan di ruang keluarga yang tak bersekat ada satu meja kotak dan 2 kursi yang sudah lama. Ada tv yang sepertinya sudah jarang di nyalakan. 

"Ibu baca apa sih sampai segitunya?" Tanya sang anak
"Ooh, ini buka apa-apa. Ibu hanya mencari sesuatu aja". 
"Mencari pa bu? Tulisan apa yang ibu cari ?"
Anak itu meletakakkan sendoknya, lalu melangkah kearah sang ibu.
"Itu surat-surat apa bu?, apa yang ibu cari, sini aku bantu? "

Selasa, 24 Februari 2015

Allah, yang kutuju

Allah, lapangkan hati ini untuk menerima setiap hal yang terjadi
Ijinkan hati ini tenang, ikhlas memaafkan dan menerima
Memberi tanpa sedikitpun meminta meski hanya ucapan terimakasih
Memberi tanpa meminta puji meski hanya sebutan nama

Allah, masih amat berat bagiku
Yakinku dengan kuasa-Mu akan mudah untukku
Aku tahu, diri masih amat fakir akan ilmu
Aku tahu, diri masih teramat kurang akan harta 
Aku pun tahu, aku bukan siapa-siapa dimata manusia 
Namun aku tak tahu, bagaimana diri ini dihadapanMu nanti ?
Aku hanya ingin menjadi hamba yang Kau ridhoi
Disaat hidupku hingga matiku

Jika sesamaku ada dalam penggalan kisah dunia ku ini, itu karena takdir-Mu
Kau beri aku penggalan kisah suka maupun duka
Karena Engkau menginginkan aku selalu bersyukur di setiap ujian-Mu
Ujian ringan ataukah berat yang Kau beri, itu karena imanku
Iman yang masih sering goyah berusaha untuk tetap kokoh dalam keistiqomahan jalan-Mu

Allah, tiada yang kumiliki selain Cinta-Mu
Apa yang aku genggam dalam hati dan tangan ini adalah titipanMu
Egoisnya diri jika ku masih sering memegang erat-erat yang ada ditangan 
Dan memendam dalam-dalam yang ada dihati
Sering pun diri terlupa akan nikmat dari Mu
Astaghfirullah, lindungi aku 

Ampuni aku,
Terkadang hati masih mencari salah
Terkadang mata masih memandang sebelah 
Terkadang kaki masih berbelok arah
Terkadang tangan masih enggan mengasih 
Dan tubuh masih terlalu nyaman merebah

Allah, teguhkan hati ini dalam agamaMu
Tunjukanlah selalu jalan lurusMu
Jauh kan hamba dari segala perkara kebathilan
Kuatkan langkah ini untuk membela agamaMu
Bersama dalam barisan para pejuang, pembela dien dan Cinta Rasul-Mu
Berilah hamba hidup dalam kebaikan 
Masukanlah hamba dalam golongan khusnul khotimah
Terangi kubur hamba dengan Nur-MU
Teduhilah hamba dari panasnya padang masyar
Mudahkanlah hamba melewati Ash-shiratul musthaqim
Dan ijinkanlah hamba memasuki pintu surga-Mu

Jumat, 06 Februari 2015

Ia dalam Inspirasiku...

Tak ada kejutan spesial untuk tahun ini.
Tapi ada hadiah terindah disetiap waktunya..
Apakah pernah dalam pintas fikirmu bertanya akan kenyataan yang selalu kau jalani ? . Hati kecil membisikan tanya dilamunan sore hari.

Hey, jangan suka melamun. Suara dari belakang yang memecahkan angan. Tersadar dan segera bangkit ternyata tak ada seorang pun yang datang. Bahkan tak jua jejak kaki ditanah yang meninggalkan tanda ada seorang telah lewat. Semakin bertanya-tanya dalam hati.
Lalu berjalan dengan gontai penuh tanya yang entah siapa akan beri jawabannya.

Dari kejauhan sosok itu pun terlihat asyik sendiri dalam dunianya. Tak seorang tahu apa sebenernya yang dipikirkan. Hanya mereka dan menerka bagai teka teki bagi orang yang penasaran. Padahal ia acuh akan sekitar, kecuali dalam kebaikan. Tak pernah dan terbesit untuk mendendam meski terluka. Sekalipun itu kata dari lidah yang tajam,bahkan ia tak ingin hati dan fikir mengingatnya. Terus memohon perlindungan untuk menata hati agar memaafkan dengan tulus.
Dunianya biasa saja, sama seperti kebanyakan orang. Kebanyakan para pemuda yang penuh semangat menggebu. Banyak list mimpi-mimpi yang ingin di capai dalam cita-citanya yang mulia. Namun, ia tak ingin menjadi pusat perhatian. Dimana ia bersosialisasi bagi orang lain yang melihat, ia hanya orang biasa tapi untuk sahabat-sahabatnya, ia adalah sosok bijaksana penuh kasih sayang dan kelembutan. Sifatnya yang pemalu menjadikan ia tak pernah ingin menjadi terdepan hanya dalam nama.

Mungkin banyak yang tak kan percaya dengan segala apa yang dilakukan. Bahkan banyak yang tak tahu apa yang telah di lakukan. Sosok ketulusan itu amat rapih tersimpan hanya untuk dirinya dan Allah saja. Senyum ramah menghangat kepada setiap orang yang ditemuinya. Berharap ada amalan yang bisa membawanya ke Surga.

Sinar mata kasih sayang yang terpancar seolah mematik simpatik dari sebuah penjuru. Tertuju pada sebuah keluarga sedang berjalan di pinggir jalan. Anak yang di gendong dalam dekapan seorang ibu. Kala itu waktu sudah amat petang sehingga lamat lamat terlihat wajah sayu mereka. Seorang bapak dengan kuat menarik sebuah gerobak. Gerobak itu sama percis dengan gerobak sampah hanya saja atasnya tertutup. Mereka berjalan beriringan, entah kemana tujuannya. Mata itu masih mengekor penuh tanya.

Tiba-tiba sang bapak berhenti dan menyandarkan gerobaknya ditepi jalan. Lalu ibu itu duduk di tepi trotoar. Berselonjor kaki terasa lelahnya amat sangat dari perjalanan itu. Anak itu mengeliat dalam balutan keredong jarit yang lusuh. Matahari sudah benar-benar menghilang. Sinar lampu jalan menjadi penerangan bagi mereka. Dengan sigap bapak merapikan gerobak yang ia sandarkan. Lalu ibu menidurkan anaknya ke gerobak yang sedari tadi ditarik sang bapak. Sedangkan bapak itu dengan wajah sahajanya menyandarkan tubuh ke gerobak.
Tenang dan nyaman tersorot dari wajah mereka. Begitu menikmati kehidupan yang jauh dari kecukupan. Air mata pun menetes dalam hati merasakan perihnya hidup mereka.

Lalu ia merogoh sakunya, terdapat beberapa lembar uang. Matanya mencari-cari sesuatu, hingga ia melangkah pada sebuah warung. Ia memesan pada ibu sang penjual warung lalu pergi dengan tentengan plastik ditangan. Ia kembali melangkahkan kakinya dengan cepat. Sepertinya wanita itu terburu menuju suatu tempat. Dan mendadak ia langkahkan kakinya dg perlahan.

Tak tega sebenernya ia memanggil. Dengan pelan dan lembut ia bersuara

" pak, pak"
"Iya neng, ada apa ya ?, Sang bapak menjawab dengan suara kaget"
"Maaf pak, mengganggu tidur bapak. Ini saya ada beberapa bungkus nasi, buat bapak makan". Dengan suara parau wanita itu mengeluarkan suara dan segera mengulurkan tentengan plastik yang sedari tadi ia bawa.'
"Makasih neng, semoga Allah membalas kebaikan neng'. Sambil tersenyum bapak itu menerimanya. Matanya berbinar, wajah sayunya kini terlihat cerah krn rasa bahagia.
"Aamiin, Sama-sama pak", seraya berdiri dan pergi dengan senyuman tulusnya.

Tidak ada yang melihat dan juga tak ada yang akan diceritakan. Begitulah sosoknya yang tulus. Anggun bukan hanya karena parasnya melainkan hatinya. Meski ia tak bermake up tebal, dan tak pernah memakai alat kecantikan yang mahal, wajahnya teduh alami.

"Ojek neng ojek", teriakan para pengojek dipinggir jalan.
"Tidak bang, maaf" menjawab dalam seulas senyumnya.
Sampai di ujung, ia pun naik mobil kecil. Penuh dan sesak didalamnya. Lagi-lagi ada hal yang membuat ia tertegun. Beberapa penumpang di mobil itu ternyata berpenampiln tak biasa.

Ia mendapat kursi yang disamping pintu. Badannya kecil sehingga tak terlalu sempit buatnya duduk di bangku ujung pintu itu. Didepannya ada 3 orang ibu - ibu dan satu orang bapak. Namun yang seorang ibu sepertinya masih muda, masih pas jika di panggil mbak. Wajahnya mereka berdandan. Bahkan sangat cantik dan manis jika dilihat. Dan ibu-ibu juga masih cantik-cantik. Badannya ideal dan masih sehat.

Lalu seorang bapak yang duduk di pojok bangku belakang,   ia asyik melihat keluar jendela. Sedangkan 3 perempuan tadi asyik bercanda, hingga menghebohkan mobil angkot. Perempuan yang masih muda itu ternyata anaknya, dengan bahasa ngapak orang tegal ataukah kebumen bilang "mak awake dhewek mudun ning dhi?"
"Ning cerak apotek wae yak" kata seorang ibu.
Dalam obrolan mereka amat bahagia, wajah lelahnya tak terlihat. Tawa dan canda mereka pun bikin ketawa penumpang lainnya. Termasuk wanita itu sedari tadi senyum senyum melihat obrolan dan tingkah mereka.

Dan apakah kamu tahu mereka itu siapa? Pekerjaan mereka apa? Ya, mereka itu pengamen jalanan. Pengamen yang menggunakan pakaian adat lengkap dengan gamelan dan sinden. Pengamen yang mencari makan dengan jalan sepanjang hari menyusuri ruko-ruko. Tetapi disaat mereka pulang mereka masih bisa bercanda tanpa beban hidup. Sekilas obrolan mereka tentang esok pagi akan pergi kemana supaya dapet uang banyak.

Ada sebersit tanya ketika tak sengaja mendengar ucapan itu, "apakah tujuan hidup itu hanya uang utk esok?"