"Ya Allah bereskanlah agamaku yang mana agama itu menjadi pokok urusan bagiku. Bereskan urusan duniaku yang menjadi tempat hidupku. Dan bereskanlah pula urusan akhiratku yang mana akhirat itu tempat negri kembaliku. Jadikan hidupku itu hanya untuk menambah kebaikan. Dan jadikan pula kematian bagiku hanya tempat untuk istirahat dari berbuat jahat"

Kamis, 26 Februari 2015

Ia Dalam Inspirasiku #2


Malam semakin larut, tak terasa perjalanan itu amat panjang. Ketika melihat jam, ternyata jarum jam sudah menunjukkan pukul 9 WIB. Lelah dalam perjalanan terobati dalam canda para pengamen di angkot tadi.

"Bang kiri bang" teriak perempuan itu.
"Iya neng, minggir dulu ya" balas sopir angkot
Mobil menepi dan gadis itu membungkuk stengah berdiri keluar dari mobil angkot. 
"Makasih bang" sembari mengulurkan lembaran uang untuk ongkos angkot.
Masih dalam benaknya akan kata-kata pengamen tadi. Ia pandang langit yang cerah malam itu.
"MasyaaAllah, indah sekali ciptaanMu ya Rabb", lirih perempuan itu.

Ia memasuki gang, samping kiri dan kanan sepi. Tak ada yang melintas motor maupun orang yang hanya sekedar jalan. Lurus ia berjalan dengan langkah dipercepat. Kembali lagi ia melihat tangannya, jam menunjukkan waktu jam 10 kurang. Dalam hati sambil berdzikir, "SubhanaAllah wal hamdulillah wala ilahaillaAllah, wa Allahuakbar"
Ia masuk gerbang kecil, dan mengetuk pintu yang rupanya sudah terkunci. 

"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam" suara wanita membalas dari balik pintu itu.
Begitu di buka, ia raih tangan wanita itu dan diciumnya.
"Kok baru pulang, dari mana nak ?" Wanita itu bertanya dengan nada lembut.
"Iya bu, maaf pulang telat" Jawabnya.

Wanita itu adalah ibunya. Dengan langkah amat pelan dan tongkat ditangan berjalan hendak mengambil sesuatu. 
"Ini diminum dulu, mumpung masih hangat" sembari menaruh gelas yang berisi teh hangat di meja.
"Iya bu, makasih" jawabnya.



"Bersih-bersih lalu makan, sudah ibu siapkan di meja makan" suara ibu dengan penuh perhatian.
Perempuan itu minum lalu menuju kamarnya. Ia letakkan tas dan mencuci muka. Lalu ia pergi menuju meja makan.
"Alhamdulillah, ini pasti enak sekali bu sayurnya" penuh antusias tanpa jeda ia langsung melahap makanan yang sudah disiapkan ibunya.

Sang ibu yang sudah renta, dengan tongkat ditangan untuk membantunya berjalan. Ibu duduk di kursi sambil mebolak balikkan kertas. Ibu sangat serius memandang kata-kata yang tertulis di kertas putih itu. Kacamata silindernya mungkin sudah tak banyak membantu penglihatannya. Hingga ia harus memicingkan mata meski sudah memakai kaca mata. 

Dalam ruangan itu tak ada sekat. Ruang makan dan ruang keluarga. Di meja makan hanya ada satu meja dan 3 kursi. Sedangkan di ruang keluarga yang tak bersekat ada satu meja kotak dan 2 kursi yang sudah lama. Ada tv yang sepertinya sudah jarang di nyalakan. 

"Ibu baca apa sih sampai segitunya?" Tanya sang anak
"Ooh, ini buka apa-apa. Ibu hanya mencari sesuatu aja". 
"Mencari pa bu? Tulisan apa yang ibu cari ?"
Anak itu meletakakkan sendoknya, lalu melangkah kearah sang ibu.
"Itu surat-surat apa bu?, apa yang ibu cari, sini aku bantu? "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar