"Ya Allah bereskanlah agamaku yang mana agama itu menjadi pokok urusan bagiku. Bereskan urusan duniaku yang menjadi tempat hidupku. Dan bereskanlah pula urusan akhiratku yang mana akhirat itu tempat negri kembaliku. Jadikan hidupku itu hanya untuk menambah kebaikan. Dan jadikan pula kematian bagiku hanya tempat untuk istirahat dari berbuat jahat"

Jumat, 06 Februari 2015

Ia dalam Inspirasiku...

Tak ada kejutan spesial untuk tahun ini.
Tapi ada hadiah terindah disetiap waktunya..
Apakah pernah dalam pintas fikirmu bertanya akan kenyataan yang selalu kau jalani ? . Hati kecil membisikan tanya dilamunan sore hari.

Hey, jangan suka melamun. Suara dari belakang yang memecahkan angan. Tersadar dan segera bangkit ternyata tak ada seorang pun yang datang. Bahkan tak jua jejak kaki ditanah yang meninggalkan tanda ada seorang telah lewat. Semakin bertanya-tanya dalam hati.
Lalu berjalan dengan gontai penuh tanya yang entah siapa akan beri jawabannya.

Dari kejauhan sosok itu pun terlihat asyik sendiri dalam dunianya. Tak seorang tahu apa sebenernya yang dipikirkan. Hanya mereka dan menerka bagai teka teki bagi orang yang penasaran. Padahal ia acuh akan sekitar, kecuali dalam kebaikan. Tak pernah dan terbesit untuk mendendam meski terluka. Sekalipun itu kata dari lidah yang tajam,bahkan ia tak ingin hati dan fikir mengingatnya. Terus memohon perlindungan untuk menata hati agar memaafkan dengan tulus.
Dunianya biasa saja, sama seperti kebanyakan orang. Kebanyakan para pemuda yang penuh semangat menggebu. Banyak list mimpi-mimpi yang ingin di capai dalam cita-citanya yang mulia. Namun, ia tak ingin menjadi pusat perhatian. Dimana ia bersosialisasi bagi orang lain yang melihat, ia hanya orang biasa tapi untuk sahabat-sahabatnya, ia adalah sosok bijaksana penuh kasih sayang dan kelembutan. Sifatnya yang pemalu menjadikan ia tak pernah ingin menjadi terdepan hanya dalam nama.

Mungkin banyak yang tak kan percaya dengan segala apa yang dilakukan. Bahkan banyak yang tak tahu apa yang telah di lakukan. Sosok ketulusan itu amat rapih tersimpan hanya untuk dirinya dan Allah saja. Senyum ramah menghangat kepada setiap orang yang ditemuinya. Berharap ada amalan yang bisa membawanya ke Surga.

Sinar mata kasih sayang yang terpancar seolah mematik simpatik dari sebuah penjuru. Tertuju pada sebuah keluarga sedang berjalan di pinggir jalan. Anak yang di gendong dalam dekapan seorang ibu. Kala itu waktu sudah amat petang sehingga lamat lamat terlihat wajah sayu mereka. Seorang bapak dengan kuat menarik sebuah gerobak. Gerobak itu sama percis dengan gerobak sampah hanya saja atasnya tertutup. Mereka berjalan beriringan, entah kemana tujuannya. Mata itu masih mengekor penuh tanya.

Tiba-tiba sang bapak berhenti dan menyandarkan gerobaknya ditepi jalan. Lalu ibu itu duduk di tepi trotoar. Berselonjor kaki terasa lelahnya amat sangat dari perjalanan itu. Anak itu mengeliat dalam balutan keredong jarit yang lusuh. Matahari sudah benar-benar menghilang. Sinar lampu jalan menjadi penerangan bagi mereka. Dengan sigap bapak merapikan gerobak yang ia sandarkan. Lalu ibu menidurkan anaknya ke gerobak yang sedari tadi ditarik sang bapak. Sedangkan bapak itu dengan wajah sahajanya menyandarkan tubuh ke gerobak.
Tenang dan nyaman tersorot dari wajah mereka. Begitu menikmati kehidupan yang jauh dari kecukupan. Air mata pun menetes dalam hati merasakan perihnya hidup mereka.

Lalu ia merogoh sakunya, terdapat beberapa lembar uang. Matanya mencari-cari sesuatu, hingga ia melangkah pada sebuah warung. Ia memesan pada ibu sang penjual warung lalu pergi dengan tentengan plastik ditangan. Ia kembali melangkahkan kakinya dengan cepat. Sepertinya wanita itu terburu menuju suatu tempat. Dan mendadak ia langkahkan kakinya dg perlahan.

Tak tega sebenernya ia memanggil. Dengan pelan dan lembut ia bersuara

" pak, pak"
"Iya neng, ada apa ya ?, Sang bapak menjawab dengan suara kaget"
"Maaf pak, mengganggu tidur bapak. Ini saya ada beberapa bungkus nasi, buat bapak makan". Dengan suara parau wanita itu mengeluarkan suara dan segera mengulurkan tentengan plastik yang sedari tadi ia bawa.'
"Makasih neng, semoga Allah membalas kebaikan neng'. Sambil tersenyum bapak itu menerimanya. Matanya berbinar, wajah sayunya kini terlihat cerah krn rasa bahagia.
"Aamiin, Sama-sama pak", seraya berdiri dan pergi dengan senyuman tulusnya.

Tidak ada yang melihat dan juga tak ada yang akan diceritakan. Begitulah sosoknya yang tulus. Anggun bukan hanya karena parasnya melainkan hatinya. Meski ia tak bermake up tebal, dan tak pernah memakai alat kecantikan yang mahal, wajahnya teduh alami.

"Ojek neng ojek", teriakan para pengojek dipinggir jalan.
"Tidak bang, maaf" menjawab dalam seulas senyumnya.
Sampai di ujung, ia pun naik mobil kecil. Penuh dan sesak didalamnya. Lagi-lagi ada hal yang membuat ia tertegun. Beberapa penumpang di mobil itu ternyata berpenampiln tak biasa.

Ia mendapat kursi yang disamping pintu. Badannya kecil sehingga tak terlalu sempit buatnya duduk di bangku ujung pintu itu. Didepannya ada 3 orang ibu - ibu dan satu orang bapak. Namun yang seorang ibu sepertinya masih muda, masih pas jika di panggil mbak. Wajahnya mereka berdandan. Bahkan sangat cantik dan manis jika dilihat. Dan ibu-ibu juga masih cantik-cantik. Badannya ideal dan masih sehat.

Lalu seorang bapak yang duduk di pojok bangku belakang,   ia asyik melihat keluar jendela. Sedangkan 3 perempuan tadi asyik bercanda, hingga menghebohkan mobil angkot. Perempuan yang masih muda itu ternyata anaknya, dengan bahasa ngapak orang tegal ataukah kebumen bilang "mak awake dhewek mudun ning dhi?"
"Ning cerak apotek wae yak" kata seorang ibu.
Dalam obrolan mereka amat bahagia, wajah lelahnya tak terlihat. Tawa dan canda mereka pun bikin ketawa penumpang lainnya. Termasuk wanita itu sedari tadi senyum senyum melihat obrolan dan tingkah mereka.

Dan apakah kamu tahu mereka itu siapa? Pekerjaan mereka apa? Ya, mereka itu pengamen jalanan. Pengamen yang menggunakan pakaian adat lengkap dengan gamelan dan sinden. Pengamen yang mencari makan dengan jalan sepanjang hari menyusuri ruko-ruko. Tetapi disaat mereka pulang mereka masih bisa bercanda tanpa beban hidup. Sekilas obrolan mereka tentang esok pagi akan pergi kemana supaya dapet uang banyak.

Ada sebersit tanya ketika tak sengaja mendengar ucapan itu, "apakah tujuan hidup itu hanya uang utk esok?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar